- "KETAHUI LAH bahwa di dalam tubuh
ada sekerat daging. Apabila daging itu baik, maka seluruh tubuh itu
baik; dan apabila sekerat daging itu rusak, maka seluruh tubuh itu pun
rusak. Ketahuilah, dia itu adalah hati." (HR. Bukhari) AMIGDALA berasal
dari bahasa latin amygdalae (bahasa Yunani αμυγδαλή, amygdalē, almond,
'amandel') adalah sekelompok saraf yang berbentuk kacang
almond. Amigdala dipercayai merupakan bagian otak yang berperan dalam
melakukan pengolahan dan ingatan terhadap reaksi emosi. Jika kita tidak
mampu mengendalikan sekerat daging yang sebesar biji almond ini bisa
merusak seluruh tubuh yaitu amigdala.Saat mata melihat makanan maka akan
muncul perasaan ingin memakannya tapi saat kita melihat semut kita diam
saja. Nah dari peristiwa itu signal yang ditangkap oleh mata akan
tersalurkan ke 2 tempat yaitu amigdala dan bagian otak prosedural.
Amigdala akan mengeluarkan reaksi emosi terhadap data yang
didapatnya.Apabila amigdala ini telah diisi dengan memory emosional
terhadap suatu kejadian atau benda maka dia akan mengeluarkan reaksi
tapi jika tidak dia tidak akan mengeluarkan reaksi.Pusat pengolahan data
di otak akan mengisi data baru atau membiarkan data tersebut yang akan
berpengaruh pada amigdala.Seorang anak kecil berusia 2 tahun telah
memiliki amigdala secara sempurna sehingga reaksi emosional anak usia 2
tahun sama dengan orang dewasa. Peranan orang tua yang harus mengisi
memory anak dengan menjadikan anak sebagai dirinya sendiri dan penyembah
- penyembah Allah sejati. Ibnu Umar berkata, "Seorang hamba tidak akan
mencapai hakikat takwa yang sebenarnya kecuali ia dapat meninggalkan apa
saja yang dirasa tidak enak dalam hati."
- Kendalikanlah amigdala kita penuh dengan kesadaran dan
kewajaran. Emosi adalah gejolak yang ada pada organisme yang disertai
oleh respon terhadap suatu rangsang, di dalamnya , mengandung suatu
kebutuhan dasar . Jika kebutuhan itu terpenuhi individu merasa gembira,
bahagia, dicintai. Akan tetapi jika tidak terpenuhi individu akan merasa
marah, takut khawatir, cemburu, cemas dan sedih. Emosi adalah
pengalaman bathin yang timbul untuk melengkapi arti pengalaman itu bagi
seseorang disertai oleh kegiatan fisik lainnya, sehingga mempengaruhi
seluruh pribadinya. Perkembangan emosi dipengaruhi oleh
pengalaman-pengalaman baik bersifat memupuk atau menghambat emosi
menyertai apa saja yang individu kerjakan, pikiran dan pelajari.
Adakalanya emosi melanda seseorang dengan hebat, sehingga
membingungkannya sementara individu lainnya tidak menyadari
keberadaannya.Dalam otak manusia, tedapat struktur yang mengelilingi
pangkal otak, yang dikenal sebagai sistem limbik.
- Di dalamnya terdapat yang namanya amigdala, yang sering disebut
sebagai bank memori emosi otak, tempat menyimpan semua kenangan baik
tentang kejayaan dan kegagalan, harapan dan ketakutan, kejengkelan dan
frustrasi. Amigdala menggunakan memori-memori yang tersimpan ini dalam
perannya sebagai semacam sentinel, yang bertugas memantau semua
informasi berupa segala sesuatu yang kita lihat dan kita dengar dari
waktu ke waktu, dan mengukur besar ancaman atau peluang melalui
pencocokan apa pun yang terjadi sekarang dengan arsip-arsip pengalaman
masa lampau yang terhimpun dalam otak. Emosi sangat penting bagi
rasionalitas. Dalam liku-liku perasaan dengan pikiran, kemampuan
emosional membimbing keputusan individu dari saat ke saat saling membahu
dengan pikiran rasional mendayagunakan, atau tidak mendayagunakan
pikiran itu sendiri (Goleman, 1995)Stress bisa menjadi sesuatu yang
positif karena membuat individu selalu berjaga-jaga menghindari bahaya.
Reaksi tubuh terhadap stressor, bahaya atau tantangan dimulai dengan
reaksi awal di hipotalamus yang memulai reaksi rantai melalui serabut
saraf dan reaksi biokimiawi, selanjutnya melalui syaraf otonom simpatik
menimbulkan pelbagai perubahan di seluruh tubuh.
- Individu menjadi waspada penuh, dan tersedia energi untuk
menghadapi tantangan, baik untuk menghadapi ancaman bahaya laut,
berlomba, atau hanya sekedar mengejar jadual waktu. Ketika stres
terjadi, amigdala mengirim pesan pada kelenjar endokrin untuk
mengeluarkan sejumlah bahan kimia yang dimulai dengan pelepasan CRF
(corticotrophin-releasing factor) dan diakhiri dengan membanjirnya
hormon-hormon stres terutama kartisol. Ketika hormon-hormon tersebut
diproduksi, tubuh bereaksi secara spontan, kabur atau melawan. Bahan
kimia tersebut tinggal di dalam tubuh berjam-jam lamanya, padahal setiap
kali kejadian yang mengesalkan berikutnya hormon-hormon tersebut terus
diproduksi, sehingga terjadilah penumpukan hormon stres. Penumpukan itu
membuat amigdala menjadi detonator yang sangat peka, yang siap membajak
akal sehat menjadi naik pitam atau panik hanya karena provokasi hal-hal
yang gampang (Goleman, 1999) Salah satu dampak dari hormon stres
terlihat pada aliran darah, ketika denyut jantung meningkat. Darah yang
seharusnya mengalir deras justru terhalang masuk ke pusat-pusat kognitif
otak. Kartisol mencuri energi dari bagian memori kerja otak dan
mengalihkannya ke perasaan. Ketika kadar kartisol sedang meninggi, orang
lebih mudah berbuat salah, sulit berkonsentrasi, dan tidak mampu
mengingat dengan baik (Wolkowitz dkk dalam Goleman, 1999) Di otak,
peredam ledakan amigdala terletak di ujung lain sirkuit penting
nekorteks, yaitu lobus-lobus prefrontral tepat di balik dahi.
- Korteks prefrontal bekerja saat seseorang merasa takut atau
marah, tetapi berfungsi menghambat atau mengendalikan perasaan agar
dapat menangani situasi yang dihadapi dengan lebih efektif. Wilayah
prefrontral mengatur reaksi emosional sejak awal, ia berperan sebagai
neuron-neuron inhibitor (penghambat) yang dapat memveto pesan-pesan
impulsif dari pusat-pusat emosi, terutama amigdala, pada saat emosi dan
godaan nyaris tak terkendali. Sebagai sumber impuls emosi, amigdala
sangat berperan dalam pengalihan perhatian, sedangkan lobus perifrontral
adalah tempat dihimpunnya memori kerja, termasuk kemampuan memusatkan
perhatian kepada sesuatu yang sedang dipikirkan (Goleman, 1995,
1999). Joseph LeDoux, seorang ahli saraf di Centre for Neural Science di
New York University, melalui pemetaan otak yang sedang bekerja
menemukan peran penting dari amigdala. Amigdala adalah sekelompok sel
berbentuk seperti kacang almond yang bertumpu di batang otak, dan
berfungsi memproses hal-hal yang berkaitan dengan emosi. Dengan
perkataan lain, amigdala adalah gudang emosi.RASA SEDIH, MARAH, NAFSU
BIRAHI, KASIH SAYANG, dan sebagainya bergantung pada amigdala ini. Bila
amigdala hilang dari tubuh kita, maka kita tidak akan mampu menangkap
makna emosi dari suatu peristiwa.Seperti, aspek perasaan menghilang dari
diri kita (mirip PARA PSIKOPAT kali yah ???).
- Peran amigdala bisa menjelaskan KENAPA emosi bisa mengalahkan
rasio. Hal ini terjadi, karena amigdala mampu mengambil alih kendali
tindakan, sewaktu otak masih menyusun keputusan. Kemungkinan
"pembajakan" emosi ini lebih besar terjadi pada orang yang memiliki
kecerdasan emosi rendah.Gudang Emosi. Kita semua memiliki amigdala,
gudang emosi, yang terberi sejak lahir. Hingga tahap tertentu, tiap
individu memiliki rentang kisaran emosinya masing-masing, yang sebagian
sudah ditentukan oleh warisan genetik.Masing-masing individu memiliki
semacam suasana hati yang menjadi ciri khas dari kehidupan emosionalnya.
Bahkan sejak lahir pun seorang bayi sudah menunjukkan perbedaan,
misalnya apakah ia cenderung tenang-tenteram, atau sulit diatur.Tapi,
jaringan otak yang terlibat dengan emosi ini bersifat plastis, amat
mudah dibentuk-bentuk sesuai dengan rangsangan-rangsangan yang didapat.
Apa yang kita alami dan pelajari dalam kehidupan sehari-harilah yang
lebih menentukan bagaimana kita akan bertingkah laku, termasuk pola
tanggapan emosi.Semua pengalaman emosi di masa kanak-kanak dan remaja
membentuk sirkuit penentu kecerdasan emosi kita. Tanggapan, belaian,
maupun bentakan yang menyakitkan dan sebagainya, semua masuk ke gudang
emosi. Seperti otot yang menyusut dan mengembang bergantung pada latihan
yang diterima, demikian juga dengan sirkuit emosi kita.
- Dengan kata lain, temperamen bisa dijinakkan dengan
pengalaman-pengalaman yang tepat. Orang tua setahap demi setahap dapat
merekayasa pengalaman-pengalaman yang membesarkan hari anak, dan
memungkinkan koreksi atas temperamen anak.Ada seorang Doktor yang
Mualaf, saya lupa namanya, ketika ditanya bagaimana dia tertarik untuk
memeluk Islam, maka doktor tersebut memberitahu bahwa semasa beliau
melakukan kajian urat saraf, terdapat beberapa urat saraf di dalam urat
manusia yang tidak dimasuki oleh darah.Padahal setiap inci otak manusia
memerlukan darah yang cukup untuk berfungsi secara normal. Setelah
membuat kajian yang memakan waktu cukup lama, akhirnya beliau mendapati
bahwa darah tidak akan memasuki urat saraf di dalam otak manusia
melainkan pada ketika seseorang itu sedang sujud saat mengerjakan
Sholat. Urat tersebut memerlukan darah hanya untuk beberapa saat saja.
Yakni, darah hanya akan memasuki urat tersebut mengikut kadar Sholat
waktu yang diwajibkan oleh Islam.Columbia University State pernah
melakukan penelitian tentang otak. Ternyata, di otak terdapat sebuah
bagian yang tidak teraliri darah. Tapi, bagian tersebut dapat teraliri
darah bila kita melakukan gerakan khusus seperti sujud yang dilakukan
pada waktu-waktu tertentu. Walaupun tidak menyebutkan secara gamblang
tentang waktu-waktu tersebut, tapi waktu-waktu tersebut berada sekitar
Sholat Lima Waktu yang kita (Umat Islam) lakukan setiap hari. Efek dari
teraliri-nya bagian dari otak tersebut adalah dapat membuat kerja otak
menjadi maksimal. Sehingga, kemampuan otak dalam bekerja (seperti,
menghitung, menghapal, belajar dan lain-lain) bisa lebih baik dan
tentunya menambah kecerdasan otak kita. Begitulah keagungan ciptaan
Allah. Jadi barang siapa yang tidak menunaikan Sholat, maka otaknya
tidak akan dapat menerima darah yang secukupnya untuk berfungsi secara
normal. Dengan demikian, kejadian manusia ini sebenarnya adalah untuk
menganut agama Islam 'sepenuhnya' kerana sifat fitrah kejadiannya memang
telah dikaitkan oleh Allah dengan agama-Nya yang indah ini.
- Kesimpulannya: Makhluk Allah yang bergelar manusia yang tidak
Sholat, walaupun akal mereka berfungsi dengan secara normal tetapi
sebenarnya dalam sesuatu keadaan mereka akan kehilangan keseimbangan
dalam membuat keputusan yang normal .Justru itu, tidak heranlah jika
manusia ini kadang kala tidak segan-segan untuk melakukan
perkara-perkara yang bertentangan dengan fitrah kejadiannya, walaupun
akal mereka mengetahui bahwa perbuatan yang akan dilakukan itu adalah
salah dengan kehendak mereka. Inilah adalah menggambarkan
ketidakmampuhan otak mereka untuk mempertimbangkan akan perbuatan mereka
itu secara lebih normal.Maka dari itu tidak heran timbulnya
bermacam-macam gejala-gejala sosial masyarakat masa kini. Oleh karena
itu, marilah kita bersama-sama mengambil hikmah dari kisah di
atas.... Benarlah firman Allah:"Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
perbuatan keji dan mungkar" (Surah Al-Ankabut ayat:45)
oleh Jack Napier pada 13 Agustus 2010 pukul 15:19
0 Responses to "AMYGDALA...THE DEVIL THAT TURNS INTO FLESH........ oleh Jack Napier pada 13 Agustus 2010 pukul 15:19"
Post a Comment