0

PERMAINAN TRADISIONAL BUKAN SAMPAH

Wednesday 6 February 2013


Written by: fariz Posted: November 14th, 2010 ˑ Filled under: 

Ruang Renung 

Setiap anak menyukai yang namanya bermain, apapun permainannya asal bisa dimainkan. Bermain memang menyenangkan, bagi anak-anak bermain adalah suatu aktifitas yang tidak boleh dilupakan. Ketika kita masih kecil pasti kita merasakan hal itu, setelah lelah seharian belajar di sekolah, hal yang paling utama dilakukan adalah bermain. Semasa kecil, setiap sore hari saya selalu bermain ke lapangan bersama tetangga atau teman sekolah. Kami bermain Benteng-bentengan, Petak Umpet atau Petak Jongkok. Begitulah anak-anak Kampung Utan, Ciputat, Jakarta Selatan menyebutkan nama permainan itu. Mungkin di setiap daerah memiliki nama permainan yang berbeda-beda tetapi cenderung memiliki cara dan peraturan permainan yang relatif sama.
Anda semua ingat dengan permainan Benteng-bentengan? Permainan ini terdiri dari dua kubu yang berlawanan menjaga bentengnya masing-masing agar tidak disentuh oleh lawannya. Apabila kita tertangkap oleh musuh, kita akan disandera dan teman satu kubu harus menyelamatkan kita. Permainan ini memerlukan kekompakan tim dan strategi yang matang. Dalam tim ini ada yang bertugas untuk menyerang dan menjaga benteng, biasanya yang berlari cepat itu dijadikan penyerang dan yang menjadi benteng adalah tiang listrik atau pohon.
Permainan tradisional Benteng-bentengan ini sangat digemari oleh anak-anak. Ketika saya bertanya kepada teman saya yang berlainan daerah ternyata di daerahnya pun ada juga permainan yang serupa dengan Benteng-bentengan ini, namun tentu saja memiliki nama yang berbeda. Saya berkesimpulan ternyata setiap daerah di Nusantara ini memiliki keseragaman permainan anak. Tidak hanya permainan Benteng-bentengan, permainan Petak Umpet pun dimiliki oleh berbagai daerah di nusantara ini.
Permainan tradisional tidak dibuat secara asal-asalan atau tak bertujuan, justru sebaliknya permainan tradisional ini diciptakan dengan tujuan untuk mengembangkan jiwa dan raga anak-anak. Permainan seperti Benteng-bentengan ini contohnya, permainan tersebut mengajarkan anak-anak untuk mempertahankan sesuatu dan menjaganya. Permainan ini juga mengajarkan bagaimana cara bekerjasama dan saling tolong menolong.
Setiap permainan anak tradisonal memiliki sarana yang mudah dan sederhana, tidak memerlukan banyak biaya serta memiliki banyak manfaat. Permainan tradisonal biasanya dimainkan di luar rumah atau ruangan sehingga anak-anak secara tidak langsung selalu bersentuhan dengan kehidupan sosial masyarakat di daerahnya dan tidak membuat mereka bermain sendiri di rumah dan menjadi individualis. Permainan yang bisa dibuat sendiri seperti Layang-layang atau Engrang membuat anak-anak menjadi tidak matrealistis, kreatifitas mereka diasah dan alhasil, mereka menikmati hasil dari jerih payah mereka sendiri.
Sekarang permainan anak tradisonal sudah banyak ditinggalkan khususnya, oleh masyarakat perkotaan. Modernisasi membuat anak-anak menjadi individualis dan materialistis. Hadirnya game seperti Playstation atau game online menghilangkan kreatifitas anak-anak. Mereka akan menghabiskan waktunya didepan TV atau komputer. Uang jajan mereka habis untuk menyewa game tersebut. Komunikasi dalam dunia maya (khususnya dalam dunia game) yang menurut saya carut-marut itu, membuat moral anak menjadi buruk, mereka tidak lagi berkomunikasi secara verbal, kesopanan pun ditinggalkan oleh anak-anak. Mungkin hal ini terlihat kecil, game modern memang lebih menarik bagi anak-anak pada saat ini, tetapi apakah game semacam itu bisa membentuk moral anak menjadi baik? Pengaruh permainan modern telah mempersempit kehidupan anak-anak. Mereka tidak lagi pergi ke lapangan yang luas tetapi justru lebih memilih memandangi layar komputer yang kira-kira lebarnya dua jengkal orang dewasa.
Saya rindu dengan permainan Benteng-bentengan, saya rindu ketika mengejar Layang-layang, saya rindu dengan tawa anak-anak di lapangan yang melengking keras sampai langit. Tawa mereka yang ikhlas dan penuh kesenangan kini digantikan dengan tatapan nanar di depan komputer atau TV.

0 Responses to "PERMAINAN TRADISIONAL BUKAN SAMPAH"