0

SITUS GUNUNG PADANG

Friday 28 December 2012



INDONESIA BICARA:
PROGRESS REPORT SITUS PURBA GUNUNG PADANG


Gunung padang yang dianggap situs oleh peneliti terdahulu menurut tim kami hanya mendefinisikan "topinya" saja, yaitu susunan teras batu di puncaknya saja (yang di dalam pagar), sedangkan 'kepala' dan 'badan'nya tidak dianggap situs, alias sudah di-vonis bebas artefak. Hasil penelitian kami menunjukan
sebaliknya, susunan terasering batu
(buatan manusia) itu tidak hanya di atas bukit tapi melapisi lereng-lerengnya. Sebagai geologist tentunya kita dituntut untuk bisa membedakan mana kolom andesit yang tertumpuk alamiah dan mana yang sudah disusun oleh manusia bukan? Tidak mudah untuk
membedakannya kalau hanya melihat sepintas dari yang tersingkap dipermukaannya saja (apalagi dari foto), tapi harus lebih cermat dan menyeluruh.

Dalam penelitian dilakukan test hand drilling dan eskavasi
(test pit) arkeologi diberbagai lokasi di lerengnya dan juga dibantu oleh pemindaian bawah permukaan oleh survey georadar. Sebagai "hint" awal, tumpukan kolom-kolom batu (andesit) yang (disusun) menutupi permukaan lereng
timur umumnya berorientasi barat-timur, sedangkan di lereng utara berorientasi utara-selatan (selaras dengan dinding teras situs batu di atas bukit). Saya yang mencoba meng-auger lereng bukit timur diberbagai titik hanya bisa menembus tanah 50 - 80 cm saja, mentok dilapisan tumpukan kolom
andesit ini. Batasnya tajam.

Singkat cerita, kami (khususnya Pak Ali Akbar) menyimpulkan bahwa monumen Gunung Padang ini jauh lebih besar dan
megah (serta kompleks) dari yang sudah disimpulkan oleh penelitian sebelumnya karena kelihatannya meliputi seluruh bukit. Pak Pon Purajatnika (arsitektur) menyimpulkan bahwa susunan batuan dari puncak sampai kaki bukitnya bukan hasil kerja kebudayaan primitif yang asal-asalan tapi by design architect yang spectaculer dari peradaban yang sudah maju. Jadi dari hasil penelitian fakta didekat permukaan saja yang notabene dapat dilihat dan diraba sebetulnya sudah merupakan hal baru yang tidak main-main.

Pemindaian georadar dan geolistrik tentu bukan hal mudah tapi perlu kehati-hatian dalam pengambilan data, data processing serta interpretasinya. Dalam penelitian ini interpretasi kami tidak hanya berdasarkan satu alat/metoda saja tapi terintegrasi antara hasil survey georadar, geolistrik, dan juga data bor . Survey yang dilakukan sudah cukup intensif. Ada beberapa lintasan geolistrik yang mencakup seluruh bukit (dari puncak sampai
level parkir = tinggi ~100m) dengan spacing electroda/resolusi yang berbeda-beda. Khusus untuk bagian puncak sampai kedalaman ~25-30 meter sudah dilakukan survey geolistrik 3D (dengan SuperSting).

Data processing dan pemodelan yang dilakukan tidak satu tapi sudah dicoba puluhan model (untuk setiap datanya) dengan parameter model yang berbeda-beda. Lintasan georadar yang dilakukan juga sudah cukup banyak, lebih dari 70 lintasan
mencakup semua teras batu di puncak, dan lereng timur serta lereng utaranya, juga dilakukan dengan beberapa frekuensi yaitu 270 Mhz, 100 Mhz, 80 Mhz, 40 Mhz, dan 18 Mhz (skin depth dan resolusi yang berbeda-beda). Setahu saya Pak Sutikno, ahli gunung api kita, baru melihat sebagian saja hasil survey geolistrik yang saya perlihatkan waktu ketemu di G.Padang dan juga di seminar IAGI dulu, banyak detilnya serta data-data baru, khususnya data georadar yang belum dilihat.

Kemudian, pemboran-coring dilakukan oleh ADB di dua titik di atas situs masing-masing sampai kedalaman 27m dan 15m. Bor 1 secara umum memperlihatkan tiga paket lapisan/Unit stratigrafi, yaitu: dari 0 s/d = kedalaman 5m Lapisan tanah setebal beberapa puluh cm, dibawahnya tumpukan
lapisan kolom andesit (seperti terlihat di permukaan) ditata
berbaring/horisontal yang diselingi lapisan material silty yang dilandasi oleh lapisan pasir kerikilan setebal 30-40cm (catatan: dari georadar diketahui lapisan pasir ini konsisten melandasi seluruh situs teras batu); dibawah lapisan pasir dari kedalaman 5m s/d 16m adalah juga lapisan susunan kolom andesit yang diselingi lapisan silt, tapi kolom andesitnya ditata berbeda (i.e. posisinya berdiri miring); di kedalaman 16m s/d 18m ditemukan
fractured massive andesit yang sudah lapuk, berasosiasi dengan batas permukaan air tanah; dari kedalaman 18 s/d 27 meter fractured massive andesit yang masih segar. Di Bor 2 (yang berjarak hanya sekitar 50m di selatan Bor 1) dari permukaan sampai kedalaman 7m adalah lapisan tanah yang
seragam tidak ada stratifikasi pelapukan atau dengan kata lain
mengindikasikan tanah urugan.

Belakangan Pak Ali Akbar membuat test-pit di lokasi Bor-2 ini sampai kedalaman 3 m. Dia setuju bahwa ini tanah urug, dan
juga menemukan seperti sisa pembakaran (manusia) di lapisan tanah di kedalaman sekitar 60 cm berasosiasi dengan charcoal-rich layer. Charcoal pada horison ini sudah yang diradiometric dating dan memberikan umur sekitar
2500 tahun BP. tanah urug ini dibawahnya (kedalaman 7-8m) berbatasan tegas dengan lapisan kolom andesit yang diselingi tanah/silt; Dari 8-10m terdapat rongga yang diisi pasir dengan sorting sangat baik. Rongga ini menyebabkan water loss dan stacked waktu drilling. Dari 10 - 15m terus didapat lapisan
andesit yang diselingi lapisan pasir, berkali-kali water loss dan stacked. Kita cukup frustasi waktu itu dan lalu menghentikan pemboran di kedalaman 15m.

Oleh karena itu dengan data set yang komprehensif maka interpretasinya pun menjadi tidak bisa lagi asal tebak-tebakan tapi harus sangat cermat supaya sesuai dengan semua set data dan dapat diuraikan dengan reasoning scientific yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam geologi, makin banyak data akan makin puyeng interpretasi dan menyimpulkannya toh. Kalau tahu sedikit malah lebih mudah

Selanjutnya, Radiocarbon Dating yang dilakukan atas serpihan karbon/charcoal dari lapisan pasir di kedalaman ~4m pada Bor-1 memberikan umur masing-masing 6700 Cal.BP, sedangkan dari charcoal pad pasir yang mengisi rongga di
kedalaman 8-10 meter di bor 2 memberikan umur 13.600 Cal.BP (dilakukan di Lab Radiometric BATAN). Apabila umur absolut ini benar-benar merupakan umur dari lapisan tersebut, maka tidak dapat diinterpretasikan sebagai lapisan
vulkanik alamiah karena G.Padang (dalam peta geologi) ada dalam wilayah komplek Gunung Api Plio-Plistosen yang lebih dari satu juta tahun umurnya.

Tentu kami paham bahwa masalah radiometric dating bukan hal yang mudah, ada banyak seluk-beluk dan jebakannya, baik dari jenis dan status sampel yang diambil juga metoda dan akurasi analisanya. Nonetheles, sampai saat ini, data carbon dating ini yang kami punya. Perlu diketahui bahwa sebelumnya
belum pernah ada analisa radiometric dating di situs Gunung Padang ini sehingga menimbulkan kontroversi umur situs, ada yang bilang Pra sejarah ada yang Bilang dibangun pada Jaman Pajajaran. Jadi ini adalah usaha yang pertama kali untuk mengetahui umur situs.

Rencananya, dalam waktu dekat ini kita akan melakukan carbon dating yang lebih sistematik dari drill cores yang akan dikirim ke Lab.Beta Analytic di Florida USA karena kandungan
karbon/charcoalnya tidak banyak sehingga harus memakai metoda pengukuran Mass Spectrometer. Selain itu kita juga akan men-date umur dari batuan andesitnya memakai K-Ar dating mulai dari bagian atas sampai bawah. Ada rencana juga akan dilakukan analisa petrografi, XRF/XRD dari sampel bor
untuk memperkaya analisa. Kita lihat nanti.

Singkatnya, sampai tahapan sekarang, interpretasi subsurface yang bisa kami katakan dengan tingkat keyakinan cukup tinggi adalah bahwa dibawah bukit Gunung padang dari bagian atas sampai kedalaman ~15meter, sangat sulit untuk
diinterpretasikan sebagai bentukan alamiah geologi, alias lebih cocok sebagai bangunan manmade yang mempunyai ruang-ruang. Catatan tambahan, hasil geolistrik 3D memperlihatkan anomali very high resistivity puluhan ribu ohm.meter berdimensi sampai 10x10m di lokasi yang sangat strategis di bawah teras-teras batu itu.

Kenampakan 3D high resistivity di Gunung Padang ini
sudah dibandingkan dan kurang lebih sama dengan image 3D geolistrik dari Gua Pakar, Dago (yang sengaja kami ambil datanya untuk test respon alat). Hal ini yang menjadi landasan pertama untuk dugaan ada ruang di bawah Gunung Padang. Kemudian dibantu/dikonfirmasi oleh hasil georadar dan bor. Pasir yang mengisi rongga di kedalaman 8-10 meter di Bor 2 itu terlihat sebagai "passage" very high resistivity yang menuju ke "the big-high resistivity body". Jadi lokasi Bor-2 memang sengaja dipilih untuk men-sampling kenampakan very-high resistivity body ini. Selain dugaan ruang, banyak 'penampakan' yang sangat menarik lainnya yang terlihat di 2D radargram dan
3D geolistrik.

Perihal apakah 'bangunan' dibawah kedalaman 15 meter ini masih man-made atau sudah bentukan alamiah/geologi, kami belum dapat memberikan kesimpulan solid karena datanya masih sangat tergantung pada beberapa lintasan geolistrik 2-D
meskipun hasil-nya cukup baik. Kami hanya bisa mengatakan bahwa bentuk image struktur resistivity/conductivity yang terlihat sangat mencurigakan karena memperlihatkan satu keteraturan seperti sebuah bangunan man-made, atau boleh jadi memang lapisan geologi tapi sudah dimodifikasi oleh manusia.


Namun walau bagaimanapun untuk bagian ini emang sah-sah saja kalau orang membuat interpretasi yang lebih "in the box", yaitu sebagai lapisan geologi/vulkanik yang alamiah saja asal dapat mempertahankannya (sesuai datadan kaidah ilmiah) . Tidak perlu dikontro-lebaykan.

Seingat saya waktu berdiskusi dengan Pak Tikno di Gunung Padang dulu sambil sama-sama melihat image geolistrik yang beliau interpretasikan sebagai bentukan vulkanik adalah dari kedalaman 15 meter ke bawah ini. Yang perlu dilakukan ke depan adalah mencari bukti yang lebih solid bahwa bagian ini adalah natural or manmade dengan survey bawah permukaan yang lebih intensif (+ bor mungkin). Bukan memberikan final judgement yang 'mblunder' lalu membiarkannya "unresolved". Sayang sekali kalau misalnya ternyata ada heritage yang
luarbiasa dikedalaman itu. Hard to believe memang, but who knows.

Live is a mistery. Gunung Padang masih open book.



Salam heolohi

Danny Hilman Natawidjaja

Koord.Tim Penelitian Terpadu Mandiri G.Padang

Sun, 29 Jul 2012 18:19:37 -0700

[Sumber:
http://www.mail-archive.com/iagi-net@iagi.or.id/msg36324.html]

 

0 Responses to "SITUS GUNUNG PADANG"